Ada yang
pernah bertanya padaku dan aku terkejut dan kemudian bertekad untuk mencari
jawabannya.
“sholat?
Untuk apa?” begitulah pertanyaannya.
Saat itu
aku tak bisa berkata apa-apa dan hanya menyuruhnya untuk segera menunaikan
sholat. Dan beruntungnya aku berhasil membuatnya menunaikan kewajiban itu, ah
tidak, beruntungnya adalah Engkau berhasil memberikan hidayahMu padanya.
Subhanalloh..
Sepanjang
jalan pulang menuju ke rumah, pertanyaan itu masih menghantuiku. Dan tiba-tiba
aku kembali ke tahun 2011 awal, saat aku berada di salah satu Negara Eropa.
Subhanalloh, semua jawaban dari pertanyaan itu sebenarnya sudah pernah aku
dapatkan dari seorang guru, beliau adalah seorang katolik. Yaa ilmu itu memang
tidak peduli mendapatkannya dari siapa,
asalkan memang benar dan tidak menyimpang, mengapa tidak?
Guru itu
pernah juga bertanya pertanyaan yang sama, ketika kelas akan berlangsung dan
dimulai dengan berdo’a bersama. Beliau berkata “apa tujuan kita berdo’a atau
beribadah?” . dan saat itu aku tidak menjawab pertanyaan itu, dan tak ada satu
murid pun yang menjawab, kelas seketika hening, seakan semua sedang
berinstrospeksi diri.
Sebenarnya
aku memiliki jawaban, dan yang aku tau tujuan beribadah itu adalah mendapat
pahala. Yaa itulah yang saat itu aku pikirkan. Tapi aku tidak menjawab karena
aku tak tau ‘pahala’ dalam bahasa Jerman. Haha sesuatu yang bodoh, pikirku.
Ketika
sekitar 5 menit kelas berada dalam keheningan, tiba-tiba dengan senyuman yang
lebar, guru itu berkata “kita semua berdo’a itu sebenarnya untuk berterima kasih padaNya”. Aku terkejut
dengan perkataannya. Kemudian beliau meneruskan kembali perkataannya, “selain
berterima kasih, tujuan lain dari berdo’a itu adalah untuk memohon berkat dan
juga memohon konsentrasi, hanya itu. Benar kan?” aku terkejut dan merasa malu.
Bagaimana mungkin aku bisa lupa dengan tujuanku sebagai pemohon! Sepertinya ini
kebodohanku yang lebih bodoh dari tidak mengetahui kata ‘pahala’ dalam bahasa
Jerman.
Jadi untuk
menjawab pertanyaan itu, memang benar, jawabannya adalah “untuk berterima
kasih”. Kita memang sudah seharusnya berterima kasih kepadaNya karena sudah
diber kehidupan, kenyamanan, kesehatan, dan lain sebagainya yang tidak mungkin
aku tulis satu persatu dicatatan ini. Terlalu banyak nikmat dan karuniaNya yang
Ia beri pada kita sebagai umatNya. Selain itu, kita juga tidak boleh sombong
kepadaNya. Kita harus terus memohon apa yang kita inginkan dan kita butuhkan,
yang tentunya berharap agar diiringi berkatNya. Dan dengan berdo’a atau
beribadahlah kita bisa merasa rilex sejenak dari kehidupan duniawi dan kembali
mendapat konsentrasi untuk kembali menjalani hidup di alam yang fana ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar